Rabu, 05 Maret 2014

Naskah LKK Jingga



DENTING PAGI
OLEH :
Mentari Asgara Putri
Adegan 1
PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANG MAKAN DAN DAPUR YANG MENJADI SATU. RUANGAN ITU CUKUP LUAS ADA SEBUAH MEJA MAKAN DENGAN 4 KURSI TERLETAK DITENGAH-TENGAHNYA. SUASANA PAGI TERCIUM LEWAT HEMBUSAN ANGIN DAN SINAR MATAHARI YANG MENGINTIP LEWAT CELA JENDELA DAN VENTILASI UDARA. SEORANG WANITA TUA TENGAH SIBUK DENGAN PEKERJAANYA. ASIH, PEREMPUAN BERUSIA 50 TAHUN YANG SUDAH HAMPIR 15 TAHUN BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DIRUMAH ITU.  TIBA-TIBA IA DIKEJUTKAN OLEH KEHADIRAN SEORANG PRIA YANG TIDAK LAIN ADALAH SUPIR PRIBADI MAJIKANNYA.

Asih : Loh.. loh.. anjar, kamu kenapa? Kok  tergesa-gesa begitu? (terdiam sejenak kemudian
            melanjutkan pekerjaanya )
Anjar : ( duduk dikursi sambil menunduk dan meletakkan kedua tangannya diatas lutut )
Asih : Anjarr.. ! dipanggil kok malah diam saja. Lah, kamu itu kenapa, diajak bicara sama
            yang  lebih tua, jangankan menjawab menggubris pun tidak. Pamali itu namanya  tau
            ndakk?  Euy, anjar.,  anjar kamu itu...
Anjar : bisa diem gak sih mbok.. !! Brisiiikkk.. !! Ribut.. !! pening kepalaku !
Asih : lah.. kamu itu kenapa kok malah marah? ( berjalan menghampiri ) Eh, kamu itu
            kenapa? Mukamu kok pucat, trus gemetaran gitu? Kamu sakit? Njar? Atau jangan
            jangan kamu ketahuan ngintipin mbak julia yah? Hayooo.. iya kan?? Makanya njar..
            kita ini disini Cuma pembantu. Babu, jongos. Sudah sepantasnya kita tahu diri, kalo
            sudah beg...
Anjar : aiisssshhhhh.. brisikkk.. !!! aku itu gak sakit ! aku juga gak ngintip ! aku cuma..
Asih : Cuma apa ? Cuma di untit ? iyah? Hahhaa.. oalah njar.. njar.. mbok jd supir itu jangan
            kepedean toh.
Anjar : ( menghela nafas )
Asih : eh njar.., kamu lihat si nawa ndak? Kok sejak subuh tadi mbok ndak ada lihat dia. Apa
            jangan-jangan dia masih tidur yah? Ah, tapi ndak mungkin. Si nawa itu ndak biasa
            bangun siang-siang. Padahal ini sudah jam setengah 10. Sebentar lagi nyonya pasti
            teriak-teriak karena rumah masih berantakan. Non julia juga, Haduh.. si nawa itu. Sudah
            menjadi tradisi setiap pagi dirumah ini selalu saja ribut dan berisik. Lonceng gereja
            diujung jalan sana saja kalah sama teriakan anaknya itu.
Anjar : ahh., mungkin, dia sedang keluar mbok. Iyah, sedang keluar
TIDAK BERAPA LAMA TERDENGAR SUARA ANAK SANG MAJIKAN YANG BERTERIAK-TERIAK DARI DALAM KAMAR.
Julia : nawa... !! nawa.. !!
Asih : tuh kan bener..
Julia : (masuk dengan memakai piyama tidur dan rol rambut ) mbok, mana si nawa?
Asih : tidak tau non.. mungkin sedang belanja.
Julia : aiissshhh.. ( masuk kembali )
Asih : eh njar, tadi malam kamu dengar suara ribut-ribut ndak?
Anjar : ahh., ribut-ribut apa mbok?
Asih : seperti suara orang bertengkar gitu.
Anjar : mungkin saja tuan dan nyonya mbok.
Asih : eh tapi njar.. kalo suami istri itu.., bertengkarnya di kamar tidur. Bukan di dapur.
Anjar : ahh., kau ini ada-ada saja mbok.
Asih : eh tapi njar.. suaranya itu.. seperti.. suara nya si nawa loh. Sama.. sama.. sama.. suara
            kamu.
Anjar : akkhhh.. !! simbok jangan suka sok tau deh. Itu bukan suaraku apalagi suara si nawa !
Asih : loh, saya kan hanya coba menerka-nerka saja njar. Kok kamu malah jadi marah.
Anjar : tentu saja marah ! sebab bukan aku yang melakukannya !
Asih : hahh..??
Anjar :  ( terdiam )
Asih : melakukan apa njar?
Anjar : aghh., tidak ada mbok.. bukan apa-apa.
Asih : melakukan apa ! kenapa kamu jadi gelisah begitu? Anjar !
Anjar : bukan apa-apa mbok..
Asih : anjar.. ! ada apa sebenarnya, kamu ndak biasanya seperti ini. Pasti ada sesuatu. Iya kan
            njar? Njar.. anjar !
Anjar : sudahlah mbok.. suaramu itu semakin menambah sakit kepalaku saja.
Asih : kamu menyembunyikan sesuatu yah? Nah.
Anjar : aku cuma sedang stress.
Asih : stress kenapa?
Anjar : yahhh.. stress lah pokoknya.
Asih : jangan-jangan..
Anjar : jangan-jangan apa!
Asih : jangan-jangan kamu sedang putus cinta sama nawa. Makanya nawa ndak keliatan dari
            tadi. Pasti dia sedang curhat dengan si darto tukang sayur langganan nyonya. Dan
            yang tadi malam saya dengar itu memanglah suara kalian berdua yang sedang
            bertengkar. Iya kan..? hayo ngaku?
Anjar : ahh.. kau ini sok tau sekali mbok..
Asih : sudah lah njar.. ndak usah main rahasia-rahasiaan sama simbok. Sudah ngaku saja. Iya
            juga ndak apa-apa.
Anjar : aiiihhh., aku bukan stres karena itu mbok..
Asih : jadi kalo bukan karena itu karena apa?
Anjar : aku stress karena....
LAMPU FADE OFF
Adegan 2
PANGGUNG MASIH MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANG MAKAN. SUASANA SUNYI SENYAP. JAM DINDING BERDENTANG MENUNJUKAN PUKUL 2 TEPAT. SEORANG PEREMPUAN TENGAH MENANGIS DI KURSI MAKAN. TIDAK BERAPA LAMA MASUK SEORANG PRIA DARI ARAH LUAR.
Anjar : heyy.. nawa?
Nawa : ( menghapus air matanya ) bang anjar..
Anjar : kenapa kau ada disini. Dan tidak tidur?
Nawa : aku habis sholat tahajud bang.
Anjar : dan kenapa wajahmu itu? Kau menangis? Ada apa nawa?
Nawa : ( diam )
Anjar : aiihh., janganlah kau diam. Abang tidak akan tahu masalahmu apa, kalau kau tidak
            mengatakannya.
Nawa : kalau aku mengatakannya. Apa abang janji tidak akan marah?
Anjar : hey nawa.. ada apa sebenarnya? Dan kenapa aku harus marah samamu?
Nawa : bang.. aku hamil.
Anjar : apaa..?  hamil? Bagaimana bisa nawa?
Nawa : bagaimana bisa? Tentu saja bisa bang. Kita sudah melakukannya berkali-kali. Dan
            sekarang aku hamil bang. Aku hamil.
Anjar : tidak mungkin nawa. Kau tidak boleh hamil. Iyah, tidak boleh.
Nawa : apanya yang tidak mungkin bang? Dan kenapa tidak boleh?
Anjar : sebab kau akan menggagalkan rencanaku.
Nawa : rencana apa bang?
Anjar : soal itu kau tidak perlu tau.
Nawa : dengar bang., aku tidak peduli dengan rencanamu. Yang aku peduli sekarang aku
            hamil. Dan kau harus bertanggung jawab. Kita harus menikah bang.
Anjar : tidak nawa, aku tidak bisa menikah denganmu sekarang.
Nawa : kenapa tidak bisa bang? Kau dan aku sama-sama memiliki penghasilan. Dan
            walaupun itu tidak besar. Tetapi aku yakin itu cukup untuk modal kita menikah. Soal
            tempat tinggal, kita bisa pulang kekampungku dan tinggal dirumah orang tuaku.
            Orang tuaku juga pasti bersedia menjual sebagian sawahnya untuk kita buka usaha
            kecil-kecilan.
anjar : tapi hidup seperti itu bukanlah impianku. Aku tidak pernah bermimpi harus tinggal di
            desa dan hidup sebagai pengusaha kecil. Hidupku di kota dan aku akan menjadi orang
            besar suatu saat nanti.
Nawa : bang.. janganlah kau bermimpi terlalu jauh. Yang sudah ada saat ini , itu saja yang
            harus kau syukuri.
Anjar : akkhh.., terserahlah apa katamu. Intinya aku tidak bisa menikah denganmu dalam
            waktu dekat ini.
Nawa : apa maksudmu bang? Lalu bagaimana dengan usia kehamilanku. Mana mungkin
            anakku lahir tanpa ayah. Tidak, bukan anakku tapi anak kita. Dan apa kata orang
            nanti?
Anjar : itu terserahmu nawa. Kau.. kau bisa saja menggugurkan anak itu.
Nawa : apa? Apa katamu bang? Gugurkan? Tega sekali kau berkata seperti itu bang. Janin
            yang ada didalam perutku ini adalah anakmu. Anakmu bang. Bagaimana mungkin kau
            tega berkata seperti itu.
Anjar : lalu kita harus bagaimana nawa? Harus bagaimana?? Menikah? Tidak. Aku tidak
            bisa!
Nawa : tapi tidak bisanya itu kenapa bang..
Anjar : karena aku sudah menjalin hubungan dengan julia.
Nawa : julia? Julia siapa ? julia anak majikan kita ? hahh.. yang benar saja kau bang.
Anjar : yah..,
Nawa : apa-apaan kau ini bang, aku sedang tidak ingin bercanda. Mana mungkin bisa kau dan
            non julia bersama.
Anjar : terserah apa katamu nawa. Tapi memang begitulah kenyataanya. Anak majikan kita
            itu sekarang adalah kekasihku. Dan dia berjanji akan memberikan pekerjaan untukku
            dikantor ayahnya. Itu berarti aku akan segera melepaskan statusku sebagai supir
            pribadi.
Nawa : kenapa kau tega melakukan hal seperti itu padaku bang.. mana cintamu bang ! mana !
Anjar : dengar nawa, aku memang mencintaimu. Dan sekarang pun aku masih mencintaimu.
            Tapi aku juga cinta pada uang. Kita tidak usah munafik nawa, sejak kecil aku sudah
            terlahir miskin dan masa sampai mati pun aku harus tetap menjadi miskin ! huhh.,
            yang benar saja.
Nawa : kau tidak akan menjadi miskin jika terus bekerja keras bang.. tuhan pasti akan melihat
            usahamu apalagi jika kau berdoa dan meminta kepadaNya.
Anjar : sudahlah nawa.., aku sudah bosan melakukannya. Sekarang ini adalah waktu yang
            tepat untukku menjadi orang kaya. Nanti setelah aku berpenghasilan lebih, aku pasti
            akan melamarmu dan kita akan hidup bahagia.
Nawa : nanti? Nanti bang?
Anjar : iyah.., nanti.
Nawa : TETAPI KEHAMILANKU TIDAK BISA MENUNGGU NANTI !
Anjar : pelankan suaramu nawa. Kau bisa membangunkan seisi rumah dengan suaramu itu.
Nawa : terserah bang, aku tidak peduli. Kalau perlu aku akan berteriak agar satu rumah ini
            dengar.
Anjar : hey, nawa ! apa kau sudah gila.
Nawa : yah aku memang sudah gila. Dan kau yang membuat aku gila bang. Kau !
            (berjalan maju memukul-mukul badan anjar )
Anjar : nawa.. ! apa yang kau lakukan..
Nawa : aku benci padamu bang.. aku benci..
Anjar : hey nawa.. !! diam.. !! kalau kau terus begini, aku bisa saja berlaku kasar padamu..!
Nawa : aku tidak perduli bang, kau memang brengsek.. !!
Anjar : hehh.., apa kau bilang? Brengsek katamu? Aku melakukan ini semua untuk kita.
            Untuk kita !
Nawa : untuk kita? Tidak bang, kau melakukan ini semua untuk dirimu sendiri. Bukan untuk
            kita. jangan karena harta kau menjadi gelap mata. Kau bukan seperti bang anjar
            yang aku kenal. Anjar yang mencintai aku.
Anjar : terserah apa katamu. Aku muak. Lebih baik aku pergi dari sini.
Nawa : tidak bang., kau tidak boleh pergi. Kau tidak boleh meninggalkan aku. (berlari
            mengejar anjar )
Anjar : lepaskan aku nawa..
Nawa : tidak bang., aku tidak akan melepaskanmu. Aku mencintaimu bang..
Anjar : LEPASKAN.. ! ( mendorong nawa sampai terjatuh )
Nawa : ( terhempas ) bang ! kalau kau keluar dari ruangan ini aku akan berteriak.
Anjar : ( menggeram dan berbalik ) lama-lama kau benar-benar memuakkan nawa... (
            berjalan menghampiri nawa dan menarik lengannya.
Nawa : Nyonyaaa...
Anjar : beraninya kau..
 ( menghantukkan kepala nawa kedinding begitu keras hingga nawa terjatuh )
Anjar : (menghela nafas ) aku sudah menyuruhmu untuk membuat pilihan. Kalau
             kau tidak mau, Itu bukan lagi menjadi urusanku. Kau dengar itu! (berjalan
            meninggalkan nawa) Sudah berulang-ulang aku mengatakan, bahkan mungkin hingga
            kau bosan mendengarnya. Aku mencintaimu ! tapi untuk saat ini aku tidak bisa, kenapa
            kau tidak mengerti juga,.
Nawa : ( diam tidak bergerak )
Anjar : hey nawa.. kenapa kau diam saja?
Nawa : ( tetap diam )
Anjar : ( melihat kebelakang ) jadi kau sekarang sudah mengerti? Nawa? Nawa.. Ya Tuhan..
            nawa ?
( memegang kening nawa yang berdarah. Panik. berdiri dan melihat kearah luar kemudian berbalik dan menyeret tubuh nawa keluar. Masuk kembali sambil membereskan ruang makan lalu pergi ).
Adegan 3
SUASANA PANGGUNG KEMBALI SEPERTI ADEGAN 2. ANJAR MASIH TERDUDUK LESU DAN PUCAT. ASIH TAMPAK SHOCK, MENUANG SEGELAS AIR PUTIH LALU MEMINUMNYA.
Asih  : ja.. jadi dimana nawa sekarang...
Anjar : soal itu, kau tidak perlu tau mbok..
Asih : astaga.. duh gusti.. kebangetan sekali kamu njar.. kamu bener-bener keterlaluan. Ini
            tidak bisa dibiarkan..
Anjar : apa maksudmu mbok.. kau mau semua orang tau bahwa aku membunuh nawa? Iyah..
            awas saja kalau kau berani mengatakannya pada orang-orang. Mungkin saja.. mungkin
            saja aku juga akan membunuhmu.
Asih : ( terkejut ) duhh..
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA WANITA MEMANGGIL NAWA.
Julia : nawa.. nawaaaaaa... !!! nawaa... !!!!
( masuk dengan memakai setelan gaun dan balero )
Julia : Dipanggilin dari tadi gak dateng-dateng. Ehh mbok., mana si
            nawa. Baju kerja saya belum di setrika tuh. Trus kemarin pasti dia lupa letakin air
            mawar dikamar saya. Kamar mandi juga udah licin. Dasar pembantu, gaji mau besar
            tapi kerja males. Owh iyah, Bilangin sama si nawa., saya gak mau tau pokoknya
            minggu depan uang ganti rugi kalung berlian saya sudah harus ada. (melirik kearah
            asih ) dasar pembantu udik, malah diam. Mbok ! mana si nawa !
Asih : nawa.. eh.. nawa..
Julia : apaan sih., nawa nawi nawa.. ngomong itu yang jelas. Kamu mendadak gagu? ( tiba
            tiba melihat kearah anjar kemudian tersenyum ) ehmm.. anjar, mulai hari ini kamu ga
            perlu nganterin saya kekantor lagi yah. Lagian saya hari ini mau pergi
Anjar : ta.. tapi kenapa non?
Julia : udah ga usah banyak tanya. eh, mbok ! kemana si nawa itu !
Asih : anu non.. nawa.. nawa.. nawa..
Anjar : si nawa lagi belanja non. Non julia mau kemana kok cantik sekali?
Julia : oh begitu., saya mau menghadiri peresmian butik baru punya temen saya. ( berjalan
            kearah rak sepatu ) eh., tolong sepatu yang ini nanti dibersihkan
            yah.. besok saya ada acara di balai kota. Yang ini juga, buat ke kantor nanti, yang ini
            juga deh sekalian, eh ini juga.. (mengambil sepatu-sepatunya) ahhh... semua aja deh.
            Okay.. (melirik sepatu-sepatunya kemudian menjatuhkannya kelantai) tol.. long.
Asih : ( berlari memungut sepatu-sepatu julia )
Julia : ini sarapan saya? Okay..,emm., kok asin banget sih.. kan saya udah pernah bilang saya
            ga bisa makan yang asin-asin ! (menuang teko kosong ke gelas ) dasar pembantu, kerja ga
            pernah becus. ( berjalan ke arah dispenser ) Eh, hati-hati yah megang sepatu saya.
            Soalnya itu ma-hal.
Anjar : non..  apa benar saya tidak perlu antar ke kantor nanti?
Julia : iyaloh.. iya ! kurang jelas apa yang saya bilang tadi? Hmm?
Anjar : tapi kenapa non?
Julia : karena mulai hari ini.. saya akan dijemput oleh, jor-dan.
Anjar : jordan?
Julia : iyah, jordan.
Anjar : jordan anaknya pak baskoro?
Julia : tepat sekali. Makasi ya anjar, berkat kamu sekarang jordan sudah resmi menjadi
            kekasih saya. Hahaha..
Anjar : kekasih.. apa maksudmu julia !
Julia : hey.. kenapa kamu membentak saya. Kamu tau kan saya siapa. Dan.. kamu siapa. (
            melirik ke arah asih )
Anjar : aku tidak peduli. Jadi apa maksudmu mendekatiku,  mengiming-imingku pekerjaan
            dikantor ayahmu.. !
Julia : karena saat itu saya sedang membutuhkanmu.
Anjar : tapi bukankah kau bilang, kau menyukai ku?
Julia : apa? Suka? HAHAHHA... apa kamu sedang bercanda? Hmm?  Anjar.. anjar.. kamu itu
            seharusnya mikir, ngaca, nyadar. Kamu itu Cuma su-pir dan saya adalah anak majikan
            kamu. Jadi jangan mimpi untuk jadi kekasih saya. Kekasih.. aihh.. tidak terbayangkan.
Anjar ; tapi..
Julia : tapi apa? Lihat dirimu.. kamu kumal, jelek, hitam dan dekil. Sangat tidak sepadan
            dengan saya. Kamu itu cocoknya sama nawa. Sama-sama jelek, sama-sama kumal,
            sama-sama miskin, dan sama-sama jongos. HAHAHHAA..
Anjar : dasar perempuan jalang.. ! ( menjambak rambut julia )
Julia : aihh.. tolong..! mbokk.. singkirkan laki-laki ini..!
( asih berlari kearah anjar dan julia. Melerai anjar )
Asih : sudah.. sudah.. anjar.. sadar kamu njar.. dia ini anak majikan kita..
julia : ( meringis kesakitan )
Anjar : tapi perempuan ini benar-benar sudah keterlaluan mbok.. gara – gara perempuan ini aku sudah mencelakai.. ( tersadar )
Julia : mencelakai siapa..?
Anjar&Asih : ( terdiam )
Julia : kenapa kalian diam? Mencelakai siapa? Kalau kalian tidak mau bilang saya akan..
Asih : nawa.. nawa non.. nawa.. anjar sudah mencelakai nawa.
Anjar : mbok.. !!
Asih : ( menjauh dari anjar dan julia )
Julia : kamu mencelakai nawa?
Anjar : ya., aku mencelakainya dan itu semua karena kau !
Julia : ahahhahha.. baguslah. senang sekali mendengarnya. jadi saya tidak perlu repot-repot
            menyingkirkan perempuan itu.
Anjar : apa maksudmu !
Julia : hey, sopan sedikit. Saya ini majikan kamu !
Anjar : aku tidak peduli.
Julia : tapi kamu tentu peduli kan.. jika saya menarik semua harta benda orang tua nawa
            dikampung untuk membayar ganti rugi kalung berlian yang dicurinya. Sekaligus saya
            juga akan melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan pembunuhan. (tersenyum licik)
Anjar : dasar perempuan berhati iblis !
Asih : nawa tidak mungkin mencuri non..
Julia  : tau apa kamu hahh?
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA PEREMPUAN MERINTIH MEMANGGIL-MANGGIL ANJAR.
Nawa : bang anjarrrr.. banggg.. bang anjaaaaarrr.. bannnnggg..
MREKA BERTIGA KEBINGUNGAN MENCARI ASAL SUARA ITU.
Asih : itu.. itu seperti suara nawa. Saya akan mencarinya.. ( keluar dari panggung )
Anjar : nawa? ( terdiam , kemudian bergegas meninggalkan ruangan dari pintu lain )
Julia : Hehh.. mau kemana kamu ! mau lari yah?? Jangan harap..
Anjar : lepaskan,..
MASUK ASIH DAN NAWA DARI ARAH LUAR. ASIH MEMAPAH NAWA YANG KELIHATAN TIDAK SEHAT.
Nawa : bang anjar.. non julia..
Anjar : nawa kau..
Nawa : aku belum mati bang.. kenapa kau membawaku ke gudang.
Anjar : nawa.. nawa maafkan aku nawa.. ( berjalan menghampiri nawa yang terduduk lemas )
Nawa : aku sudah memafkanmu bang.. karena aku mencintaimu.. cinta itu tidak ada kata
            maaf bang..
Julia : roman picisan pembantu
Nawa : non.. saya tidak pernah mencuri. Karena sebenarnya kalung berlian itu tidak pernah
            hilang. Tapi non sendiri yang meletakkannya di kantung celemek simbok.
Asih : hahh? Saya?
Julia : ( panik )
Nawa : iyah mbok, aku melihatnya sendiri.
Julia : mana buktinya.. !
Nawa : liatlah di celemek yang tergantung itu mbok..
Asih : ( buru-buru melihatnya ) benar. Ini kan kalung berlian non julia.
Julia : mana ! ( buru mengambil kalung berlian itu lalu pergi meninggalkan ruangan )
Anjar : nawa .. aku menyesal nawa.. maafkan aku.. maafkan aku nawaa..
Nawa : jangan pernah bilang maaf bang..
LAMPU PERLAHAN REDUP, HANYA TERFOKUS PADA NAWA DAN ANJAR.
LAMPU FADE OFF.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar