LAKON
(
JURAGAN )
OLEH
: MENTARI ASGARA PUTRI
Tokoh
:
Nimas
putik : 19 tahun
Ragil
: 22 tahun
Seto : 22 tahun
Karim
: 22 tahun
Juragan
putri : 42 tahun
Pekerja
1, 2 & 3 : 30 tahun
Adegan 1
SOROT LAMPU HANYA TERPAKU PADA
SEBUAH AMBEN KECIL DI DEPAN POJOK RUMAH. SEORANG GADIS REMAJA TENGAH DUDUK
TERMENUNG DISANA. WAJAHNYA SURAM DAN GELISAH.
Nimas
putik : Malam begitu sunyi dan diliputi
kegelapan. Hati gundah, resah, dan bimbang.. bak sinar bulan yang terhalang
dahan - dahan jati dipinggir jalan. Musim ini menghantarkan kebahagiaan. Padi
menguning dengan eloknya tetapi hati menghitam dengan layaknya. Seperti tak
diizinkan bahagia sepenuhnya. Kesedihan hendak datang menyelimuti pondok kecil
ini. Dimana kau wahai ayah.. gelisah sangat hati ini memikirkanmu. Begitu perih
melihat wajah ibu yang amat sangat merindukanmu. Petani-petani itu juga haus
akan wejanganmu. Mari pulang ayah.. ayah..
Adegan 2
PANGGUNG MENGGAMBARKAN HALAMAN
RUMAH SEORANG JURAGAN PADI YANG MAKMUR. SEBUAH AMBEN KECIL MENGHIMPIT DI DEPAN
POJOKAN RUMAH.. SUASANA PAGI YANG SEJUK. ANGIN SEMILIR BERHEMBUS.. BEBERAPA
PEKERJA MULAI BERDATANGAN. MEMBAWA TAMPI-TAMPI BERISI PADI YANG HENDAK DIPILAH
PILIH. BEBERAPA LAINNYA SIBUK MENUMBUK PADI DI ALU. NAMUN SUASANA KAMPUNG ITU
TERASA BEGITU SENYAP. KELUARGA SANG JURAGAN SEDANG DILIPUTI KESEDIHAN
DIKARENAKAN HILANGNYA SANG JURAGAN WARU. KEPALA RUMAH TANGGA DIKELUARGA ITU.
Pekerja
1 : hey.. apa kamu tau.. juragan waru sampai
sekarang belum pulang juga.
Pekerja
2 : iyah.. kasihan ya juragan putri dan
nimas putik.. mereka pasti sedih sekali, orang-orang dikampung juga sudah
mencari juragan waru kemana-mana. Tetapi tidak ada yang berhasil menemukannya.
Pekerja1:
dengar-dengar sih.. katanya juragan waru
itu diculik..!
Pekerja
2 : hussshh.. jangan sembarangan kamu kalau
bicara. Kalau juragan putri sama nimas putik dengar, bias dipecat kamu.
Pekerja
1 : iya.. iya.. maaf. Padahal juragan waru
itu orangnya apik tenan. Jangan sampai deh terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Pekerja
2 : ya sudah.. lebih baik kita doa kan saja.
Pekerja
3 : heyy.. kalian berdua..! apa yg kalian
bicarakan.. pagi-pagi sudah bergosip menceritakan aib orang. Kalau kerja ya
kerja saja.. urusan keluarga majikan kita, bukanlah urusan kita. Sudah ada
orang yang lebih berhak menanganinya. Kita cukup bekerja dengan baik saja.
Sudah sana.. bubar-bubar..!
Adegan 3
PARA PEKERJA KEMBALI DENGAN
PEKERJAANNYA MASING-MASING. TAK ADA YANG MENYADARI BAHWA SEDARI TADI PUTRI SANG
MAJIKAN TENGAH MENDENGARKAN PEMBICARAAN MEREKA DIBALIK TIRAI RUMAH. PERLAHAN
GADIS ITU KELUAR DARI RUMAH . PARA PEKERJA MEMANDANGI WAJAH GADIS YANG TENGAH
BERSEDIH. SELANG BEBERAPA WAKTU DATANGLAH DUA ORANG PEMUDA KAMPUNG YANG DIUTUS
MENCARI AYAHNYA. GADIS MEMBERIKAN ISYARAT PADA PEKERJA UNTUK SEGERA PERGI.
Seto
: sugeng ndalu nimas.. maaf sampai saat
ini kami belum juga menemukan juragan waru. Kami sudah berusaha semampu kami.
Tetapi hasilnya sama saja.
Karim : benar
nimas.. kami mohon maaf kalau membuat
nimas dan keluarga kecewa.
Nimas
putik : tidak apa-apa kang mas. Justru saya
sangat berterima kasih. Karena kalian sudah mau membantu saya dan keluarga
untuk mencari ayah saya. Kalaupun sampai saat ini ayah saya belum juga ditemukan..
saya hanya bisa berserah diri kepada gusti Allah.
Karim : benar
nimas.. kita serahkan saja semua kepada gusti Allah.. semoga juragan waru cepat
ditemukan.
Seto : tapi
kita juga tidak boleh berhenti berusaha. Kalau Cuma berharap dan berdoa saja
kan, belum seimbang.. ya to.
Karim : yahh..
maksud saya juga begitu.
Seto : halaaahhh..
alasan mu saja.
Nimas
putik : sudah-sudah tidak usah berdebat. Saya
juga mengerti kok. Ya sudah, lebih baik.. kang mas – kang mas ini beristirahat
saja. Biar simbok di dapur membuatkan teh hangat.
Karim
: wahh... kebetulan sekali nimas.. kami
berdua memang sedang haus.
Seto
: hush.. kamu ini pantang disajeni. Tidak
usah nimas, biar nanti kami sekalian beristirahat dirumah saja.
Nimas
putik : ahh.., baiklah kalau memang begitu yang
kang mas inginkan.
Ragil
: ehmm.. ehmm.. selamat siang nimas ayuu..
putik larasati. Ahahahhahahaa.. cuaca hari ini panas sekali. Seakan – akan
matahari hendak marah dan membakar
tubuhku. Tetapi melihat wajah ayu mu.. seakan-akan terguyur air di kali
sana. Ahahahahhahaa… oww.. ada kalian rupanya.. seto dan karim. Apa gerangan
yang membuat kalian berdua ada disini
menemui putri juragan waru. Nimas putik. Apakah hendak meminjam uang ? atau seperti
biasanya, telat membayar sewa tanah? Ahahhhahahhahaaaa…
Seto
: heyy.. ragil, jaga bicaramu.. sombong
sekali kamu.. ! kami kesini bukan untuk meminjam uang ataupun telat bayar sewa
tanah.. !
Karim
: iya benar.., Alhamdulillah panen kali
ini sangat membawa berkah bagi kehidupan masyarakat dikampung kita. Jadi
penduduk kampung tidak ada yang merasa kekurangan sampai harus meminjam uang
pada juragan waru.
Nimas
putik : benar kang mas.., mereka datang kesini
bukan untuk itu. Tetapi mereka berdua sehabis pergi mencari ayah saya.
Ragil
: ehh??
Ayahmu? Juragan waru? Memangnya kemana dia?
Nimas
putik : entahlah kang mas.., sudah seminggu ayah
menghilang. Tidak ada yang tau dimana keberadaannya.
Ragil
: bagaimana itu bisa terjadi nimas?
Bisakah kamu menceritakannya kepadaku?
Nimas
putik : hari itu…., matahari bersinar terik
sama seperti hari ini. Setelah makan siang ayah memang tampak tengah berbenah
diri. Ia memakai gamis biru kesayangannya dan kopiah pemberian saya. Tak lupa
ia mencukur sedikit jenggot dan kumisnya. Ibu dan saya memperhatikannya dari
balik tirai. Ada semburat senyum diwajah ayah, karena tau sedang diperhatikan
oleh istri dan anaknya. Ayah pamit pada saya dan ibu, ia mengatakan hendak
pergi kesawah menilik para petani yang sedang memanen padi-padi kami. Setelah
mengucapkan salam, ayahpun pergi meninggalkan rumah. Tetapi sampai sore hari
ayah belum juga pulang. Saya menanyakan pada setiap petani yang lewat dari
depan rumah, apakah melihat ayah saya. tetapi sampai petani yang terakhir lewat
jawabannya tetap sama. Tidak ada yang melihat ataupun berjumpa dengan ayah hari
itu. Saya sangat khawatir akan hal itu. Sehingga meminta bantuan pada penduduk
untuk mencari ayah saya. tetapi seperti yang kang mas lihat, sampai hari ini
pun ayah saya belum juga pulang. Ibu sangat sedih sekali. Terlebih banyak yang
mengatakan kalau ayah saya itu diculik orang.
Ragil
: diculik orang..?? jangan-jangan.. mereka
berdua yang menculiknya..
Seto
: heyy ragil.. !! sekali lagi jaga
bicaramu.. ! Mana mungkin kami melakukan hal sekeji itu kepada juragan waru.
Memangnya kami ini tidak waras.
Karim
: benar.. memangnya kami ini tidak waras.,
seenaknya saja.
Nimas
putik : sudah-sudah.. kenapa jadi bertengkar..
benar kang mas, mana mungkin kang mas seto dan karim menculik ayah saya. kang
mas sendiri kapan pulang dari perantauan? Tak terasa 3 musim panen berlalu
semenjak kang mas pergi.
Ragil
: owww.. jadi kamu memperhatikan aku yah?
Nimas
putik : ahh.. bukan begitu kang mas, hanya
kebetulan saja. Belakangan ini saya suka melihat-lihat kalender dan
mengingat-ingat tanggal.
Ragil
: ahahahahaa.. iya nimas.. aku memang baru
pulang dari perantauan seminggu lalu. disana aku menimba ilmu. Dan lagi, banyak
hal yang ingin aku ceritakan padamu selang melepas rasa rindu ku ini padamu.
Tetapi agaknya aku tidak ingin sendau gurau kita terdengar oleh orang-orang
yang tidak diinginkan.
Nimas
putik : rindu..?? kang mas bisa saja. Ahh..
baiklah, ada benarnya sebaiknya kang mas seto dan karim pulang kerumah saja.
Bukankah masih letih sehabis melakukan perjalanan. Sekali lagi saya mengucapkan
terimakasih atas bantuannya.
Seto
: iyah nimas, kami senang bisa membantu.
esok ketika tenaga kami sudah pulih saya dan karim akan kembali pergi mencari
juragan waru. Ya kan rim..?
Karim
: apaaa?? Ahhh.. iiyaa.. iyaa nimas..
Seto
: kalau begitu kami permisi nimas..
Nimas
putik : ahh, iyah kang mas silahkan.
Ragil
: nahhh.. beginikan lebih baik, tinggal
kita berdua disini. iya toh nimas?? Ahahahhahaha.. semuanya jadi terlihat lebih
mudah dan gampang.
Nimas
putik : ahh,. Maksud kang mas apa?
Ragil
: ehmm.. bukan apa – apa sudahlah tidak
usah dipikirkan. Aku hanya bergurau. Ahahaha... jadi.., musim panen kali ini
membawa begitu banyak berkah bagi masyarakat dikampung kita. Bukan begitu
nimas?
nimas
putik :ahh,. Benar kang mas.. penduduk
dikampung sangat bersyukur sekali.
Ragil
: Dan separuh wilayah persawahan yang ada
di kampung kita, bukankah itu adalah milik keluargamu nimas. jadi,
keluargamulah yang tentunya paling berbahagia dimusim panen kali ini.
Nimas
putik : Ahhh.., itu semua berkat kerja keras dan
jasa-jasa para petani kang mas. Dan juga doa penduduk dikampung kita pada yang
maha kuasa.
Ragil
: Dan juga ayahmu tentunya. Iya kan? Ahahhahhaa..
Ehh.. sepertinya kau sangat menyayangi ayahmu itu nimas. Hingga wajah ayu mu
itu menjadi begitu sendu. Padahal sejak tadi aku hendak mengajakmu bergurau.
Nimas
putik : kang mas ini bicara apa.., tentu saja
saya sangat menyayangi ayah saya. tidak ada anak yang tidak sayang pada orang
tuanya. Bukan kah begitu? Dan lagi.. wajah saya seperti ini mungkin karena
kurang tidur saja.
Ragil
: yah.. kau benar nimas.. semua anak
sangat sayang pada orang tuanya. Apapun dilakukan demi kebahagiaan orang
tuanya. Apapun dilakukan demi menggantikan rasa sakit yang dipanggul orang
tuanya. Apapun.. apapun itu. (menggeram)
Nimas
putik : ahh, kang mas? Ada apa? Sepertinya kau
sedang gelisah..
Ragil
: (memunggungi) tidak nimas, aku tidak
sedang gelisah. Tapi aku sedang marah. Aku benci. Sangat benci. Sehingga
rasanya kepala dan isi dadaku ini hendak melompat dan menerkam semua orang.
Saraf-sarafku seperti kaku dan darah ku hampir mendidih mendengar betapa kau
sangat menyayangi ayahmu. Iyah.. ayahmu, orang yang sangat aku benci. Aku
membencinya nimas. Sangat membencinya. Hingga seakan – akan kebencian ini
tumbuh dan mendarah daging dalam tubuhku.
Nimas
putik : kang mas ragil? Kenapa kau berkata
seperti itu? Saya semakin tidak mengerti dengan semua ucapanmu.
Ragil
: kau memang tidak akan pernah mengerti
nimas. Sebab kau tidak pernah tau semua kebusukan-kebusukan ayahmu. Bagaimana
ayahmu telah membuat keluarga ku menderita. Merenggut kebahagiaan keluargaku.
Ayahmu itu seperti iblis nimas. Aku turut menyesal kau adalah darah daging pria
semacam itu.. !!
Nimas
putik : hentikan kang mas,, ! kalau mau marah,
marahlah pada saya saja apapun itu masalahnya. Tapi saya tidak terima jika kang
mas menghina dan mengolok- olok ayah saya. karena ayah saya bukanlah orang yang
seperti itu. Ayah saya tidak akan menyakiti orang lain. Jangankan menyakiti
manusia, menyakiti binatang pun ayah saya tidak akan tega. Jadi janganlah kang
mas mengada-ada dengan mengatakan kalau ayah seperti iblis.
Ragil
: nimas putik larasati.., ahahhahha… kau
memang anak yang baik hati. Beruntung sekali juragan waru memiliki putri sepertimu.
Tapi kau, kau sama sekali tidak beruntung karena memiliki sosok seorang ayah
berwujud manusia tetapi hati bagai binatang. Tidak memiliki perasaan.. ! dengar
nimas.. apa yang aku katakan ini adalah kenyataan. Semua perkataan ku ini
memanglah yang sebenar-benarnya. Kakak laki-laki ku, Bima. Kau tau sendiri,
betapa dia sangat tergila-gila padamu. Karena keelokan rupamu dan kecantikan
parasmu membutakan mata kakaku. Dia sangat mencintaimu nimas. Sangat
mencintaimu. sebenarnya hatiku sangat sakit, ketika dia menyebut namamu
dihadapanku. Karena aku, karena aku juga mencintaimu nimas. Tetapi sakit itu
berkurang saat aku melihat bagaimana tingkah dan ekspresinya ketika bercerita
bahwa dia baru saja berjumpa denganmu, mengobrol denganmu, dan menatap wajahmu.
Tetapi semua sirna nimas.., karena
apa? Karena ayahmu.. ! kau tidak pernah sadar akan perasaan kakakku. Hingga
akhirnya ayahmu tau. Dia menyuruh orang membawa dan mengasingkan kakakku. Dia
mengurung kakakku di dalam gudang dekat lumbung padi di desa sebrang. Kakakku
nimas.. kakakku.. dia menjadi gila… !! (histeris) ahahhaha.. (menangis) tidak
menjadi tidak waras nimas..
Nimas
putik : tidak mungkin.., tidak mungkin ayah saya
seperti itu. Saya tidak mempercayaimu kang mas..
Ragil
: kau masih tidak mempercayaiku nimas?
Hahh? (menghampiri).. lalu apa kau akan mempercayaiku ketika tau bahwa ayahmu
memaksa ibuku untuk menjual sawah dan ladang kami kepadanya.. ! (menjauh). Padahal ayahmu tau bahwa sawah
dan ladang itu adalah harta peninggalan ayahku satu-satunya. Tetapi dia memaksa
ibuku untuk menjualnya dengan harga rendah. Hingga sekarang ibuku tidak mau
memberi tahuku berapa jumlah uang yang diterimanya hingga tak sanggup untuk
membeli sepetak sawah pun.. ! ibu sakit.. dan sendirian kala itu. Tidak ada
yang menemaninya. Hingga aku pulang dari perantauan seminggu lalu. Hatiku
panas.. dan pikiranku menjadi tidak waras begitu mendengar semua kabar itu dari
teman-temanku. Emosiku membludak ingin rasanya aku mencabik-cabik tubuh ayahmu.
Dan apa yang aku inginkan sudah terlaksanakan. Ahahhaaahhahaha… Ayahmu memang
diculik nimas putik. Yahh.. aku yang menculik ayahmu seminggu lalu. Aku
mencegatnya saat hendak pergi kesawah menemui petani. dan mengurungnya di
gudang tempat dia mengurung kakakku. Dan tadi pagi dia menghembuskan nafas
terakhirnya. Karena sudah 5 hari dia tidak kuberi makan. Ahahhahhahaa… sekarang
aku puas.
Nimas
putik : tidak.. tidakkk.. kau gila kang mas.. !
itu tidak mungkin, tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu pada ayah saya.
tidak mungkinn.. (menangis)
Ragil
: itu semua adalah kenyataannya nimas.
ayahmu, juragan waru. Memang sudah meninggal. Kau harus menerima kenyataan itu
nimas.
Nimas
putik : jahannamm.. !! ( berlari menghampiri)
kau jahat kang mas.. kenapa kau tega membunuh ayah saya.. arrghhhh (menangis
sambil memukul)
Ragil
: diamlah nimas.. !! ayahmu yang telah
membuat otakku menjadi tidak waras.. dan kau.. ! lebih baik pun kau mati saja. Kalau
kakakku tidak bisa memilikimu dan aku pun tidak bisa memilikimu karena
kebencianmu padaku. Lebih baik tidak ada yang boleh memilikimu. (menghempaskan
tubuh nimas ke tanah dan mencekik lehernya).
Nimas
putik : kang mas.. kang mas.. (diam tak
bergerak)
TIBA-TIBA DARI SUDUT RUANGAN JURAGAN
PUTRI DATANG BERSAMA DUA ORANG PEKERJA.
Juragan
putri : (berlari menghampiri) dhimas ragil ? apa
yang kau lakukan pada putriku.. !! astaga.. nimas putik.. !! nimas bangun
nimas..nimas.. putriku. Dhimas ragil.. kenapa kau mencekik leher putriku… !!
mbok.. cepat cari bantuan.. !
Pekerja
1 & 2 : ba...baik juragan..
Ragil
: percuma saja bibi mencari bantuan, itu
tidak akan membantu. karena putrimu sudah meninggal.
KEMBALI DARI SUDUT PANGGUNG MUNCUL
SETO DAN DUA PEKERJA
Seto
: bangsattt.. !! apa yang kau lakukan pada
nimas putik !! (berlari menghampiri)
DUA PEMUDA TERLIBAT BAKU HANTAM ,
SALING MENINDIH DAN MEMUKUL. JURAGAN DAN DUA PEKERJA HISTERIS DAN BERTERIAK.
Juragan
putri : sudah hentikann… !! dhimas.. ! kenapa
kau tega melakukan ini? Apa salah putriku padamu? Apa salah keluarga kami?
(menangis)
Ragil
: ahahhaha.. letak kesalahan itu ada pada
suamimu bibi. Tidak mungkin ada asap kalu tidak ada api. Tidak mungkin aku
melakukan hal seperti ini, kalau tidak suamimu duluan yang membuatmu keluargaku
menderita !
Juragan
putri : apa maksudmu suamiku telah membuat keluargamu
menderita..
Ragil
: kau tentu tau bibi, bagaimana suamimu
memaksa ibuku menjual sawah dan ladang kami. Bagaimana suamimu mengurung kakak
laki-lakiku di kampung sebrang hingga dia menjadi gila… ! semua itu cukup
menyiksaku bibi. Dan semua itu membuatku kehilangan akal sehat sehingga aku
mampu membunuh suami dan putrimu.. !!
Seto
: keterlaluan kau ragil.. !
Juragan
putri ; ap.. apa? Kang mas waru? Suamiku? Kau..
membunuhnya? Putriku… (terisak) kau gila dhimas.. !! kau melakukan kejahatan
tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Kau kejam..
Ragil
: yahh.. aku memang kejam.. aku memang
gila.. ahahahhahaa..
Juragan
putri : suamiku tidak pernah mengurung kakakmu
apa lagi memaksa ibumu. Kau tidak tahu apa-apa dhimas ragil.. karena kala itu
kau tengah menimba ilmu dikampung sebrang. Kakakmu adalah seorang pecandu
narkoba. Dan dia mencintai putriku. Putri kami, nimas putik. Ibu mu meminta
bantuan pada suamiku untuk mengobati kakakmu. Karena pada saat itu dia
overdosis. Suamiku membawanya ke kota dan menempatkannya di panti rehabilitasi
narkoba. Tempat orang-orang kota mengobati para pecandu narkoba. Ibumu, dia
terlilit hutang. Karena kakakmu rupa-rupanya telah berurusan dengan rentenir
untuk membeli barang haram itu. Untuk kedua kalinya dia memohon pada suamiku
untuk membeli sawah dan ladangnya, bahkan rumahnya guna melunasi hutang
kakakmu. Namun suamiku tidak tega jika harus mengambil rumah kalian. Sehingga
ibumu diperbolehkan untuk menempati rumah itu. Dua bulan sejak kejadian itu..
ternyata ada berita dari kota, kalau teman-teman kakakmu telah membawa kakakmu
pulang dan menempatkannya dikampung sebrang. Tidak ada yang tahu dimana
keberadaannya. Bahkan ibumu pun tidak mengetahuinya. Hingga dia jatuh sakit.
Dan putriku.. tidak bisa membalas perasaan kakakmu. Karena dia mencintaimu
ragil.. putriku mencintaimu. !! dan kau membunuhnya dengan keji.
Ragil
: tidak.. itu tidak mungkin. Ceritamu
tidak benar bibi.
Juragan
putri : kau sudah membunuh suami dan putriku.
Sekarang kau masih menuduh aku seorang pembohong? Mata hatimu benar-benar sudah
tertutup ragil ! ibumu.. tanyakan saja pada ibumu.. apa nanti nya kau juga tega
menuduhnya pembohong setelah dia menceritakan semuanya..
Ragil
: cukup.. cukup.. tidak.. (berteriak)
maafkan aku bibi.. nimas.. maafkan aku. (menangis terisak)
Juragan
putri : putriku.. putriku mencintaimu..
Ragil
: tidakk.. hentikan bibi..
Juragan
putri : putriku.. nimas putik, dia mencintaimu..
(menangis)
LAMPU HANYA TERFOKUS PADA RAGIL.
MENANGISI PERBUATANNYA. RUANGAN SENYAP LALU TERDENGAR ALUNAN MUSIK SENDU.
LAMPU FADE OFF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar