Selasa, 20 Agustus 2013

Naskah JURAGAN

LAKON
( JURAGAN )
OLEH : MENTARI ASGARA PUTRI


Tokoh :
Nimas putik        : 19 tahun
Ragil                    : 22 tahun
Seto                     : 22 tahun
Karim                  : 22 tahun
Juragan putri       : 42 tahun
Pekerja 1, 2 & 3  : 30 tahun

Adegan 1
SOROT LAMPU HANYA TERPAKU PADA SEBUAH AMBEN KECIL DI DEPAN POJOK RUMAH. SEORANG GADIS REMAJA TENGAH DUDUK TERMENUNG DISANA. WAJAHNYA SURAM DAN GELISAH.
Nimas putik : Malam begitu sunyi dan diliputi kegelapan. Hati gundah, resah, dan bimbang.. bak sinar bulan yang terhalang dahan - dahan jati dipinggir jalan. Musim ini menghantarkan kebahagiaan. Padi menguning dengan eloknya tetapi hati menghitam dengan layaknya. Seperti tak diizinkan bahagia sepenuhnya. Kesedihan hendak datang menyelimuti pondok kecil ini. Dimana kau wahai ayah.. gelisah sangat hati ini memikirkanmu. Begitu perih melihat wajah ibu yang amat sangat merindukanmu. Petani-petani itu juga haus akan wejanganmu. Mari pulang ayah.. ayah..
LAMPU FADE OFF
Adegan 2
PANGGUNG MENGGAMBARKAN HALAMAN RUMAH SEORANG JURAGAN PADI YANG MAKMUR. SEBUAH AMBEN KECIL MENGHIMPIT DI DEPAN POJOKAN RUMAH.. SUASANA PAGI YANG SEJUK. ANGIN SEMILIR BERHEMBUS.. BEBERAPA PEKERJA MULAI BERDATANGAN. MEMBAWA TAMPI-TAMPI BERISI PADI YANG HENDAK DIPILAH PILIH. BEBERAPA LAINNYA SIBUK MENUMBUK PADI DI ALU. NAMUN SUASANA KAMPUNG ITU TERASA BEGITU SENYAP. KELUARGA SANG JURAGAN SEDANG DILIPUTI KESEDIHAN DIKARENAKAN HILANGNYA SANG JURAGAN WARU. KEPALA RUMAH TANGGA DIKELUARGA ITU.
Pekerja 1 : hey.. apa kamu tau.. juragan waru sampai sekarang belum pulang juga.
Pekerja 2 : iyah.. kasihan ya juragan putri dan nimas putik.. mereka pasti sedih sekali, orang-orang dikampung juga sudah mencari juragan waru kemana-mana. Tetapi tidak ada yang berhasil menemukannya.
Pekerja1: dengar-dengar sih.. katanya juragan waru itu diculik..!
Pekerja 2 : hussshh.. jangan sembarangan kamu kalau bicara. Kalau juragan putri sama nimas putik dengar, bias dipecat kamu.
Pekerja 1 : iya.. iya.. maaf. Padahal juragan waru itu orangnya apik tenan. Jangan sampai deh terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pekerja 2 : ya sudah.. lebih baik kita doa kan saja.
Pekerja 3 : heyy.. kalian berdua..! apa yg kalian bicarakan.. pagi-pagi sudah bergosip menceritakan aib orang. Kalau kerja ya kerja saja.. urusan keluarga majikan kita, bukanlah urusan kita. Sudah ada orang yang lebih berhak menanganinya. Kita cukup bekerja dengan baik saja. Sudah sana.. bubar-bubar..!
Adegan 3
PARA PEKERJA KEMBALI DENGAN PEKERJAANNYA MASING-MASING. TAK ADA YANG MENYADARI BAHWA SEDARI TADI PUTRI SANG MAJIKAN TENGAH MENDENGARKAN PEMBICARAAN MEREKA DIBALIK TIRAI RUMAH. PERLAHAN GADIS ITU KELUAR DARI RUMAH . PARA PEKERJA MEMANDANGI WAJAH GADIS YANG TENGAH BERSEDIH. SELANG BEBERAPA WAKTU DATANGLAH DUA ORANG PEMUDA KAMPUNG YANG DIUTUS MENCARI AYAHNYA. GADIS MEMBERIKAN ISYARAT PADA PEKERJA UNTUK SEGERA PERGI.
Seto : sugeng ndalu nimas.. maaf sampai saat ini kami belum juga menemukan juragan waru. Kami sudah berusaha semampu kami. Tetapi hasilnya sama saja.
Karim  : benar nimas.. kami mohon maaf  kalau membuat nimas dan keluarga kecewa.
Nimas putik : tidak apa-apa kang mas. Justru saya sangat berterima kasih. Karena kalian sudah mau membantu saya dan keluarga untuk mencari ayah saya. Kalaupun sampai saat ini ayah saya belum juga ditemukan.. saya hanya bisa berserah diri kepada gusti Allah.
Karim  : benar nimas.. kita serahkan saja semua kepada gusti Allah.. semoga juragan waru cepat ditemukan.
Seto   : tapi kita juga tidak boleh berhenti berusaha. Kalau Cuma berharap dan berdoa saja kan, belum seimbang.. ya to.
Karim  : yahh.. maksud saya juga begitu.
Seto  : halaaahhh.. alasan mu saja.
Nimas putik : sudah-sudah tidak usah berdebat. Saya juga mengerti kok. Ya sudah, lebih baik.. kang mas – kang mas ini beristirahat saja. Biar simbok di dapur membuatkan teh hangat.
Karim : wahh... kebetulan sekali nimas.. kami berdua memang sedang haus.
Seto : hush.. kamu ini pantang disajeni. Tidak usah nimas, biar nanti kami sekalian beristirahat dirumah saja.
Nimas putik : ahh.., baiklah kalau memang begitu yang kang mas inginkan.
Ragil : ehmm.. ehmm.. selamat siang nimas ayuu.. putik larasati. Ahahahhahahaa.. cuaca hari ini panas sekali. Seakan – akan matahari hendak marah dan membakar  tubuhku. Tetapi melihat wajah ayu mu.. seakan-akan terguyur air di kali sana. Ahahahahhahaa… oww.. ada kalian rupanya.. seto dan karim. Apa gerangan yang  membuat kalian berdua ada disini menemui putri juragan waru. Nimas putik. Apakah hendak meminjam uang ? atau seperti biasanya, telat membayar sewa tanah? Ahahhhahahhahaaaa…
Seto : heyy.. ragil, jaga bicaramu.. sombong sekali kamu.. ! kami kesini bukan untuk meminjam uang ataupun telat bayar sewa tanah.. !
Karim : iya benar.., Alhamdulillah panen kali ini sangat membawa berkah bagi kehidupan masyarakat dikampung kita. Jadi penduduk kampung tidak ada yang merasa kekurangan sampai harus meminjam uang pada juragan waru.
Nimas putik : benar kang mas.., mereka datang kesini bukan untuk itu. Tetapi mereka berdua sehabis pergi mencari ayah saya.
Ragil :  ehh?? Ayahmu? Juragan waru? Memangnya kemana dia?
Nimas putik : entahlah kang mas.., sudah seminggu ayah menghilang. Tidak ada yang tau dimana keberadaannya.
Ragil : bagaimana itu bisa terjadi nimas? Bisakah kamu menceritakannya kepadaku?
Nimas putik : hari itu…., matahari bersinar terik sama seperti hari ini. Setelah makan siang ayah memang tampak tengah berbenah diri. Ia memakai gamis biru kesayangannya dan kopiah pemberian saya. Tak lupa ia mencukur sedikit jenggot dan kumisnya. Ibu dan saya memperhatikannya dari balik tirai. Ada semburat senyum diwajah ayah, karena tau sedang diperhatikan oleh istri dan anaknya. Ayah pamit pada saya dan ibu, ia mengatakan hendak pergi kesawah menilik para petani yang sedang memanen padi-padi kami. Setelah mengucapkan salam, ayahpun pergi meninggalkan rumah. Tetapi sampai sore hari ayah belum juga pulang. Saya menanyakan pada setiap petani yang lewat dari depan rumah, apakah melihat ayah saya. tetapi sampai petani yang terakhir lewat jawabannya tetap sama. Tidak ada yang melihat ataupun berjumpa dengan ayah hari itu. Saya sangat khawatir akan hal itu. Sehingga meminta bantuan pada penduduk untuk mencari ayah saya. tetapi seperti yang kang mas lihat, sampai hari ini pun ayah saya belum juga pulang. Ibu sangat sedih sekali. Terlebih banyak yang mengatakan kalau ayah saya itu diculik orang.
Ragil : diculik orang..?? jangan-jangan.. mereka berdua yang menculiknya..
Seto : heyy ragil.. !! sekali lagi jaga bicaramu.. ! Mana mungkin kami melakukan hal sekeji itu kepada juragan waru. Memangnya kami ini tidak waras.
Karim : benar.. memangnya kami ini tidak waras., seenaknya saja.
Nimas putik : sudah-sudah.. kenapa jadi bertengkar.. benar kang mas, mana mungkin kang mas seto dan karim menculik ayah saya. kang mas sendiri kapan pulang dari perantauan? Tak terasa 3 musim panen berlalu semenjak kang mas pergi.
Ragil : owww.. jadi kamu memperhatikan aku yah?
Nimas putik : ahh.. bukan begitu kang mas, hanya kebetulan saja. Belakangan ini saya suka melihat-lihat kalender dan mengingat-ingat tanggal.
Ragil : ahahahahaa.. iya nimas.. aku memang baru pulang dari perantauan seminggu lalu. disana aku menimba ilmu. Dan lagi, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu selang melepas rasa rindu ku ini padamu. Tetapi agaknya aku tidak ingin sendau gurau kita terdengar oleh orang-orang yang tidak diinginkan.
Nimas putik : rindu..?? kang mas bisa saja. Ahh.. baiklah, ada benarnya sebaiknya kang mas seto dan karim pulang kerumah saja. Bukankah masih letih sehabis melakukan perjalanan. Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih atas bantuannya.
Seto : iyah nimas, kami senang bisa membantu. esok ketika tenaga kami sudah pulih saya dan karim akan kembali pergi mencari juragan waru. Ya kan rim..?
Karim : apaaa?? Ahhh.. iiyaa.. iyaa nimas..
Seto : kalau begitu kami permisi nimas..
Nimas putik : ahh, iyah kang mas silahkan.
Ragil : nahhh.. beginikan lebih baik, tinggal kita berdua disini. iya toh nimas?? Ahahahhahaha.. semuanya jadi terlihat lebih mudah dan gampang.
Nimas putik : ahh,. Maksud kang mas apa?
Ragil : ehmm.. bukan apa – apa sudahlah tidak usah dipikirkan. Aku hanya bergurau. Ahahaha... jadi.., musim panen kali ini membawa begitu banyak berkah bagi masyarakat dikampung kita. Bukan begitu nimas?
nimas putik :ahh,. Benar kang mas.. penduduk dikampung sangat bersyukur sekali.
Ragil : Dan separuh wilayah persawahan yang ada di kampung kita, bukankah itu adalah milik keluargamu nimas. jadi, keluargamulah yang tentunya paling berbahagia dimusim panen kali ini.
Nimas putik : Ahhh.., itu semua berkat kerja keras dan jasa-jasa para petani kang mas. Dan juga doa penduduk dikampung kita pada yang maha kuasa.
Ragil : Dan juga ayahmu tentunya. Iya kan? Ahahhahhaa.. Ehh.. sepertinya kau sangat menyayangi ayahmu itu nimas. Hingga wajah ayu mu itu menjadi begitu sendu. Padahal sejak tadi aku hendak mengajakmu bergurau.
Nimas putik : kang mas ini bicara apa.., tentu saja saya sangat menyayangi ayah saya. tidak ada anak yang tidak sayang pada orang tuanya. Bukan kah begitu? Dan lagi.. wajah saya seperti ini mungkin karena kurang tidur saja.
Ragil : yah.. kau benar nimas.. semua anak sangat sayang pada orang tuanya. Apapun dilakukan demi kebahagiaan orang tuanya. Apapun dilakukan demi menggantikan rasa sakit yang dipanggul orang tuanya. Apapun.. apapun itu. (menggeram)
Nimas putik : ahh, kang mas? Ada apa? Sepertinya kau sedang gelisah..
Ragil : (memunggungi) tidak nimas, aku tidak sedang gelisah. Tapi aku sedang marah. Aku benci. Sangat benci. Sehingga rasanya kepala dan isi dadaku ini hendak melompat dan menerkam semua orang. Saraf-sarafku seperti kaku dan darah ku hampir mendidih mendengar betapa kau sangat menyayangi ayahmu. Iyah.. ayahmu, orang yang sangat aku benci. Aku membencinya nimas. Sangat membencinya. Hingga seakan – akan kebencian ini tumbuh dan mendarah daging dalam tubuhku.
Nimas putik : kang mas ragil? Kenapa kau berkata seperti itu? Saya semakin tidak mengerti dengan semua ucapanmu.
Ragil : kau memang tidak akan pernah mengerti nimas. Sebab kau tidak pernah tau semua kebusukan-kebusukan ayahmu. Bagaimana ayahmu telah membuat keluarga ku menderita. Merenggut kebahagiaan keluargaku. Ayahmu itu seperti iblis nimas. Aku turut menyesal kau adalah darah daging pria semacam itu.. !!
Nimas putik : hentikan kang mas,, ! kalau mau marah, marahlah pada saya saja apapun itu masalahnya. Tapi saya tidak terima jika kang mas menghina dan mengolok- olok ayah saya. karena ayah saya bukanlah orang yang seperti itu. Ayah saya tidak akan menyakiti orang lain. Jangankan menyakiti manusia, menyakiti binatang pun ayah saya tidak akan tega. Jadi janganlah kang mas mengada-ada dengan mengatakan kalau ayah seperti iblis.
Ragil : nimas putik larasati.., ahahhahha… kau memang anak yang baik hati. Beruntung sekali juragan waru memiliki putri sepertimu. Tapi kau, kau sama sekali tidak beruntung karena memiliki sosok seorang ayah berwujud manusia tetapi hati bagai binatang. Tidak memiliki perasaan.. ! dengar nimas.. apa yang aku katakan ini adalah kenyataan. Semua perkataan ku ini memanglah yang sebenar-benarnya. Kakak laki-laki ku, Bima. Kau tau sendiri, betapa dia sangat tergila-gila padamu. Karena keelokan rupamu dan kecantikan parasmu membutakan mata kakaku. Dia sangat mencintaimu nimas. Sangat mencintaimu. sebenarnya hatiku sangat sakit, ketika dia menyebut namamu dihadapanku. Karena aku, karena aku juga mencintaimu nimas. Tetapi sakit itu berkurang saat aku melihat bagaimana tingkah dan ekspresinya ketika bercerita bahwa dia baru saja berjumpa denganmu, mengobrol denganmu, dan menatap wajahmu.
Tetapi semua sirna nimas.., karena apa? Karena ayahmu.. ! kau tidak pernah sadar akan perasaan kakakku. Hingga akhirnya ayahmu tau. Dia menyuruh orang membawa dan mengasingkan kakakku. Dia mengurung kakakku di dalam gudang dekat lumbung padi di desa sebrang. Kakakku nimas.. kakakku.. dia menjadi gila… !! (histeris) ahahhaha.. (menangis) tidak menjadi tidak waras nimas..
Nimas putik : tidak mungkin.., tidak mungkin ayah saya seperti itu. Saya tidak mempercayaimu kang mas..
Ragil : kau masih tidak mempercayaiku nimas? Hahh? (menghampiri).. lalu apa kau akan mempercayaiku ketika tau bahwa ayahmu memaksa ibuku untuk menjual sawah dan ladang kami kepadanya..  ! (menjauh). Padahal ayahmu tau bahwa sawah dan ladang itu adalah harta peninggalan ayahku satu-satunya. Tetapi dia memaksa ibuku untuk menjualnya dengan harga rendah. Hingga sekarang ibuku tidak mau memberi tahuku berapa jumlah uang yang diterimanya hingga tak sanggup untuk membeli sepetak sawah pun.. ! ibu sakit.. dan sendirian kala itu. Tidak ada yang menemaninya. Hingga aku pulang dari perantauan seminggu lalu. Hatiku panas.. dan pikiranku menjadi tidak waras begitu mendengar semua kabar itu dari teman-temanku. Emosiku membludak ingin rasanya aku mencabik-cabik tubuh ayahmu. Dan apa yang aku inginkan sudah terlaksanakan. Ahahhaaahhahaha… Ayahmu memang diculik nimas putik. Yahh.. aku yang menculik ayahmu seminggu lalu. Aku mencegatnya saat hendak pergi kesawah menemui petani. dan mengurungnya di gudang tempat dia mengurung kakakku. Dan tadi pagi dia menghembuskan nafas terakhirnya. Karena sudah 5 hari dia tidak kuberi makan. Ahahhahhahaa… sekarang aku puas.
Nimas putik : tidak.. tidakkk.. kau gila kang mas.. ! itu tidak mungkin, tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu pada ayah saya. tidak mungkinn.. (menangis)
Ragil : itu semua adalah kenyataannya nimas. ayahmu, juragan waru. Memang sudah meninggal. Kau harus menerima kenyataan itu nimas.
Nimas putik : jahannamm.. !! ( berlari menghampiri) kau jahat kang mas.. kenapa kau tega membunuh ayah saya.. arrghhhh (menangis sambil memukul)
Ragil : diamlah nimas.. !! ayahmu yang telah membuat otakku menjadi tidak waras.. dan kau.. ! lebih baik pun kau mati saja. Kalau kakakku tidak bisa memilikimu dan aku pun tidak bisa memilikimu karena kebencianmu padaku. Lebih baik tidak ada yang boleh memilikimu. (menghempaskan tubuh nimas ke tanah dan mencekik lehernya).
Nimas putik : kang mas.. kang mas.. (diam tak bergerak)
TIBA-TIBA DARI SUDUT RUANGAN JURAGAN PUTRI DATANG BERSAMA DUA ORANG PEKERJA.
Juragan putri : (berlari menghampiri) dhimas ragil ? apa yang kau lakukan pada putriku.. !! astaga.. nimas putik.. !! nimas bangun nimas..nimas.. putriku. Dhimas ragil.. kenapa kau mencekik leher putriku… !! mbok.. cepat cari bantuan.. !
Pekerja 1 & 2 : ba...baik juragan..
Ragil : percuma saja bibi mencari bantuan, itu tidak akan membantu. karena putrimu sudah meninggal.
KEMBALI DARI SUDUT PANGGUNG MUNCUL SETO DAN DUA PEKERJA
Seto : bangsattt.. !! apa yang kau lakukan pada nimas putik !! (berlari menghampiri)
DUA PEMUDA TERLIBAT BAKU HANTAM , SALING MENINDIH DAN MEMUKUL. JURAGAN DAN DUA PEKERJA HISTERIS DAN BERTERIAK.
Juragan putri : sudah hentikann… !! dhimas.. ! kenapa kau tega melakukan ini? Apa salah putriku padamu? Apa salah keluarga kami? (menangis)
Ragil : ahahhaha.. letak kesalahan itu ada pada suamimu bibi. Tidak mungkin ada asap kalu tidak ada api. Tidak mungkin aku melakukan hal seperti ini, kalau tidak suamimu duluan yang membuatmu keluargaku menderita !
Juragan putri : apa maksudmu suamiku telah membuat keluargamu menderita..
Ragil : kau tentu tau bibi, bagaimana suamimu memaksa ibuku menjual sawah dan ladang kami. Bagaimana suamimu mengurung kakak laki-lakiku di kampung sebrang hingga dia menjadi gila… ! semua itu cukup menyiksaku bibi. Dan semua itu membuatku kehilangan akal sehat sehingga aku mampu membunuh suami dan putrimu.. !!
Seto : keterlaluan kau ragil.. !
Juragan putri ; ap.. apa? Kang mas waru? Suamiku? Kau.. membunuhnya? Putriku… (terisak) kau gila dhimas.. !! kau melakukan kejahatan tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Kau kejam..
Ragil : yahh.. aku memang kejam.. aku memang gila.. ahahahhahaa..
Juragan putri : suamiku tidak pernah mengurung kakakmu apa lagi memaksa ibumu. Kau tidak tahu apa-apa dhimas ragil.. karena kala itu kau tengah menimba ilmu dikampung sebrang. Kakakmu adalah seorang pecandu narkoba. Dan dia mencintai putriku. Putri kami, nimas putik. Ibu mu meminta bantuan pada suamiku untuk mengobati kakakmu. Karena pada saat itu dia overdosis. Suamiku membawanya ke kota dan menempatkannya di panti rehabilitasi narkoba. Tempat orang-orang kota mengobati para pecandu narkoba. Ibumu, dia terlilit hutang. Karena kakakmu rupa-rupanya telah berurusan dengan rentenir untuk membeli barang haram itu. Untuk kedua kalinya dia memohon pada suamiku untuk membeli sawah dan ladangnya, bahkan rumahnya guna melunasi hutang kakakmu. Namun suamiku tidak tega jika harus mengambil rumah kalian. Sehingga ibumu diperbolehkan untuk menempati rumah itu. Dua bulan sejak kejadian itu.. ternyata ada berita dari kota, kalau teman-teman kakakmu telah membawa kakakmu pulang dan menempatkannya dikampung sebrang. Tidak ada yang tahu dimana keberadaannya. Bahkan ibumu pun tidak mengetahuinya. Hingga dia jatuh sakit. Dan putriku.. tidak bisa membalas perasaan kakakmu. Karena dia mencintaimu ragil.. putriku mencintaimu. !! dan kau membunuhnya dengan keji.
Ragil : tidak.. itu tidak mungkin. Ceritamu tidak benar bibi.
Juragan putri : kau sudah membunuh suami dan putriku. Sekarang kau masih menuduh aku seorang pembohong? Mata hatimu benar-benar sudah tertutup ragil ! ibumu.. tanyakan saja pada ibumu.. apa nanti nya kau juga tega menuduhnya pembohong setelah dia menceritakan semuanya..
Ragil : cukup.. cukup.. tidak.. (berteriak) maafkan aku bibi.. nimas.. maafkan aku. (menangis terisak)
Juragan putri : putriku.. putriku mencintaimu..
Ragil : tidakk.. hentikan bibi..
Juragan putri : putriku.. nimas putik, dia mencintaimu.. (menangis)
LAMPU HANYA TERFOKUS PADA RAGIL. MENANGISI PERBUATANNYA. RUANGAN SENYAP LALU TERDENGAR ALUNAN MUSIK SENDU.
LAMPU FADE OFF


Tidak ada komentar:

Posting Komentar